Sepulang sekolah kak Gibran berkata ingin menjemputku, “Besok kakak jemput ya, kita jalan-jalan terus main bareng,” itu katanya sebelum memutuskan panggilan kami semalam. Tidak lama setelah bel sekolahku berbunyi, suara klakson motor milik kak Gibran terdengar, dia terlihat sangat tampan mengenakan almamater sekolahnya itu, dia segera turun dari motor dan menjemputku di pos satpam sekolahku, memasangkan helm dikepalaku, tidak lupa untuk dia kencangkan dan juga melepas almamaternya dan dipakai kan ke tubuhku, “tuan putri gabole masuk angin, kita bakal keliling kota hari ini,” katanya dengan senyuman lebar khasnya itu.
Hari ini adalah hari terindah didalam hidupku, kami mengelilingi kota dengan motor sampai sore, lalu memakan eskrim sambil bermain di pantai kesukaan kami sampai hamper senja. Rasanya melelahkan jadi kami memutuskan untuk duduk dipasir sambil memandangi sang senja yang mungkin sebentar lagi akan pergi. Keduanya fokus melihat kearah laut memandangi keindahan yang tak abadi dari sang senja, sampai kak Gibran memecah keheningan, “ta, maaf semalam mungkin kakak bikin kamu kaget karena langsung ngomong gitu sama kamu,” ucapnya sambil mengelus surai panjang ku. “kakak mau nanya ulang sama kamu, disaksikan oleh seluruh keindahan ditempat ini saat pertemuan pertama kita kamu sudah menarik perhatian kakak diantara temanmu yang lainnya, dan setelah mengenalmu lebih jauh dalam artian semakin akrab denganmu kakak merasa nyaman saat bersamamu ta, aku tau kamu juga merasakan hal yang sama tapi mungkin saja kamu tidak menyadarinya.
Jadi ta, kamu mau jadi orang yang akan kakak rindukan disetiap malam yang kakak lewati dikemudian harinya?”Aku terdiam sejenak menatap matanya yang penuh harapan, aku sudah memikirkan semuanya sejak kemarin, “iya kak, tata mau.” Sebuah kalimat yang berhasil keluar dari mulut ku langsung membuat dia tersenyum sangat lebar dan berteriak kegirangan sampai kami menjadi pusat perhatian pengunjung lainnya disana, aku hanya tertawa melihat tingkahnya yang seperti anak berusia 2 tahun diberi permen oleh orang tuanya. Tidak lama setelah itu kami memutuskan untuk pulang karena sudah semakin gelap.
Semuanya berjalan sangat indah sampai suatu saat kak Gibran tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar, bahkan notifikasi darinya yang selalu menghiasi pagiku sudah tidak muncul lagi, aku berusaha untuk tidak berpikiran buruk tentangnya, mungkin saja dia sedang sibuk dengan sekolahnya karena sebentar lagi dia akan menghadapi ujian kelulusan. Saat jam istirahat tiba-tiba hpku berbunyi, memunculkan nama kak Gibran disana, aku merasa sangat senang setelah sekian lama dia tidak ada kabar akhirnya dia kembali menghubungiku. Aku segera menjawab panggilannya itu, betapa mengejutkannya yang berbicara diseberang bukanlah kak Gibran melainkan sebuah suara perempuan yang sangat familiar di telingaku, itu adalah adiknya kak Gibran ditambah dengan kabar yang membuatku ingin menangis seketika.
Setelah pangggilan itu berakhir yang kulakukan hanya melamun, berharap agar bel pulang segera berbunyi agar aku bisa segera ke rumah sakit. Benar sekali kak Gibran saat ini sedang dirawat dirumah sakit sejak beberapa hari lalu, adiknya tak berbicara banyak hanya menyuruhku untuk dating menjenguk kakaknya karena sejak pagi hanya namaku yang dia sebut, dia sedang membutuhkanku. Setelah bel berbunyi aku bergegas keluar sekolah dan memesan ojek online menuju rumah sakit tempat kak Gibran dirawat. Air mata yang telah kutahan sejak tadi tiba-tiba saja mengalir dengan sangat deras ketika melihat orang yang biasanya paling ceria terbaring lemah dengan semua alat yang ada ditubuhnya, entah alat apa itu. (*)
Bintang DwikaraSMK Farmasi Yamasi Makassar