[Cerpen] Abai

  • Bagikan

KEKER.FAJAR.CO.ID – Seorang remaja lelaki umur 18 tahun, entah siapa namanya sedang berbaring santai di kasur empuk yang ada di kamarnya. Sembari berbaring, ia juga melakukan sebuah rutinitas harian yang juga dilakukan remaja seumurannya. Menjelajah di laman Instagram.

Berbeda dari biasanya, hari ini, dia sibuk stalking akun Instagram mantan pacarnya. Sudah tiga bulan mereka putus dan memutuskan untuk tidak lagi saling berkomunikasi. Karena lama tidak bertegur sapa, ia jadi penasaran bagaimana kabar mantan kekasihnya itu.

Hatinya serasa tertampar begitu ia mengetahui bahwa orang yang dahulu begitu ia cintai itu kini punya pacar baru. Sementara dirinya? Sudah berbulan-bulan namun belum juga ada perempuan yang bersedia menjadi pasangannya. Masih beruntung kalau mereka menolak dengan cara halus. Ada pula yang langsung menolak dengan kasar bahkan sebelum dirinya mengungkapkan perasaan.Kombinasi antara melihat si mantan pacar bersama lelaki lain ditambah dengan rasa sakit hati akibat tertolak berkali-kali membuat si remaja galau. Akhirnya, seluruh kenangan indah ketika ia dan mantan pacarnya masih berstatus sebagai sepasang sejoli seketika berkelebat dalam pikirannya.

Detik demi detik, si remaja semakin tenggelam dalam lamunannya. Ia bahkan tidak sadar bahwa tepat di depan rumahnya berjarak sekitar 40 meter sebuah kebakaran hebat melanda rumah salah seorang tetangganya (wajar saja ia tidak memperhatikannya. Toh, ia tidak kenal satu pun dari seluruh tetangganya). Kebakaran itu membuat ayah, ibu, serta adik laki-lakinya yang lebih muda tiga tahun darinya bergegas keluar rumah dan membantu memadamkan api, disusul oleh tetangganya yang lain. Berusaha melakukan hal yang sama.

Lima menit berlalu, si remaja memutuskan untuk keluar dari aplikasi Instagram. Berganti aplikasi. Ia berusaha untuk memperbaiki mood yang buruk, katanya. Hanya perlu beberapa detik, ia sudah berselancar ria di TikTok. Kali ini, layar handphone-nya sedang sibuk menampilkan seorang wanita berpakaian ketat bergoyang dengan agresif (entah tujuannya untuk mendapat cuan, menarik perhatian lelaki, atau mungkin keduanya?). Mata Si Remaja jelalatan memperhatikan setiap detil yang ada pada lekukan tubuh perempuan tersebut. “Hanya untuk cuci mata,” batinnya.

Sementara itu, di luar sana api belum juga padam. Para warga justru kewalahan meghadapi api yang semakin berkobar hebat. Beberapa orang bahkan bergegas menelepon pemadam kebakaran, serta memanggil orang-orang dari desa seberang. Mencari bantuan.

  • Bagikan