Merindu Sahabat dalam Cerpen Takdir

  • Bagikan
keker

Di situlah kenangan pertamaku denganmu terbentuk. Kenangan indah yang akan selalu kuingat. Segalanya dimulai dari hari itu. Aku juga teringat hari di mana hari itu tidak ada senyuman yang terlukis di mukamu yang rupawan. Senyuman itu memudar.

Aku melakukan segala yang aku bisa lakukan dan akhirnya melihat senyuman indah itu kembali di tempat dimana ia seharusnya berada. Mengingat itu semua membuat aku tidak menyadari, air mata ini tiba-tiba terjatuh aku tidak tahu mengapa setetes air mata ini terjatuh. Rasa mendalam yang kurasakan di dalam hatiku membuatku mulai meneteskan air mata ini. Sangat sulit untuk melepaskan kepergian dirimu dari hidupku ini dimana engkau sekarang menjadi bagian yang hilang dari teka teki hidupku yang rumit ini.

Takdir berkata lain, sepertinya engkau pergi karena takdir menganggap segala tugasmu di dunia ini telah usai. Tidak ada lagi tugas ataupun hal yang harus engkau selesaikan di dunia ini. Hanya saja aku berharap agar dirimu tetap berada di sampingku.

Sebuah batu nisan indah yang menjadi tempatku melepaskan rinduku kepadamu. Aku duduk di samping batu nisanmu duduk termenung sembari menatap ke arah sang mentari yang mulai terbenam menghilang. Sinar jingganya yang indah perlahan-lahan memudar hingga menjadi hitam. Aku tersenyum mengingat kenangan terakhir kita, kenangan itu terasa sangat berharga. Aku ingat kamu pernah berkata kita harus menjadi sahabat walaupun sudah tua nanti. Nyatanya, hal itu hanya terbayang di angan-anganku saja. Menjadi harapan yang tersimpan dan tak akan bisa di kabulkan lagi. Sangat sakit merasakan sesorang yang membuat kenangan bersamamu, tetapi kini telah menjadi kenangan abadi. Takdir membuatku belajar untuk mengikhlaskanmu. Hanya waktu yang akan menentukan kapan kita berdua akan bertemu kembali. Semua kuserahkan kepada waktu yang memegang kendalinya. Aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku sangat teramat rindu akan dirimu..

Sahabatku..Salamku untukmu..

  • Bagikan

Exit mobile version