Yuk Baca Cerpen Camaraderie, Mengenang Masa Remaja

  • Bagikan
Cerpen Camaraderie

KEKER.FAJAR.CO.ID – Hujan turun sangat deras di sore itu, aku duduk termenung di halte seusai jam sekolah. Tidak, aku sedang tidak menunggu bus datang, aku menunggu seseorang yang katanya pergi sebentar mengambil mantel hujan dan payung untuk kami gunakan saat menerobos hujan yang deras.

Sembari menunggu, aku mengambil pensil dan sketchbook dari dalam tas ku, lalu menarik garis demi garis di atas kertas gambar dengan perasaan yang tenang.

“Kale!” seseorang memanggil namaku, aku pun melihat ke sebelah kanan sumber suara itu datang. Ternyata seseorang yang kutunggu sudah kembali. Di sana berdiri seorang cowok yang seumuran denganku. Aku tersenyum tipis ke arahnya sambil melambaikan tangan, tanda menyuruhnya ke halte tempatku duduk. Dia berjalan dengan cepat kearahku.

Tak terasa kami sudah berjalan sangat jauh, warung bakso milik ibuku sudah terlihat, kami memutuskan untuk berlari kecil agar sampai ke sana dengan cepat. Saat tiba di halaman warung, ibu tiba-tiba menghampiri kami berdua.

Ibu tersenyum hangat kearahnya, “Terima kasih sudah mau menerima ajakan putriku, Kale begitu antusias mengatakan kepadaku bahwa dirinya sudah memiliki teman di sekolah. Jadi Kale berinisiatif mengajakmu makan di sini…” ungkap ibuku.


BUGH! BUGH! BUGH! Saat melewati gudang sekolah, aku tak sengaja mendengar suara yang keras, seperti nya sedang ada yang berkelahi. Aku mendekat ke pintu gudang, lalu mengintip siapa yang berada didalamnya.

Alangkah terkejutnya aku melihat Cairo memukul brutal Kak Gema. Aku tidak melerainya, aku ingin mengetahui apa penyebab mereka bertengkar.

“LO!” tunjuk Cairo ke arah Kak Gema.“LO HASUT APAAN KE KALE?! DIA GAK MAU DEKAT SAMA GUE LAGI!” tuduh Cairo dengan emosi yang menggebu-gebu.“GUE GAK NGAPA-NGAPAIN GILA! LO BERLEBIHAN TAU GAK?” sergah kak Gema membalas pukulan Cairo sama kerasnya.

Aku terkejut mendengar penyebab mereka bertengkar adalah karena ku. Gubrak! Aku membuka pintu dengan keras, mereka melihat ke arah ku tanpa ekspresi. Air mataku sudah bercucuran menatap mereka berdua.

“Kale…” lirih Cairo. Aku menatap Cairo dengan tatapan terluka.

“Cairo, kamu kenapa jadi semenyeramkan ini?…” tanyaku.

“Karna dia rebut kamu dari aku! Aku gak terima, pasti kamu sudah di hasut buat menjauh dari aku!” jawab Cairo. Aku sedikit terkejut, saat dia mengerti apa yang kukatan.

“Dia gak salah! Dia gak pernah hasut apalagi nyuruh aku buat dekat sama kamu! Dia malah selalu stay nemenin aku saat orang-orang bully aku” air mataku sangat deras turun, kak Gema lantas menghampiriku dan merangkul ku.

Kulihat Cairo menatapku dengan sorot terluka, “Kamu tau Kale? Kukira saat aku kembali sekolah, aku bisa berinteraksi denganmu tanpa kamu harus repot-repot nulis di notes buat ngobrol denganku…” lirih Cairo dengan air mata yang menetes.

“Yang aku lihat, kamu seperti tidak sudi melihatku. Kita seperti tidak saling mengenal.” lanjut Cairo.

“Gue tau lo suka Kale, tapi gak gini caranya! Ini justru buat dia semakin jauh dengan lo!” geram kak Gema, cowok itu seperti nya sangat kecewa dengan Cairo yang bersikap kekanak-kanakan.

Tapi, tunggu! Cairo menyukai ku?… sumpah, aku sangat pusing melihat mereka berdua.

“Lagipula, kita kenal gak satu dua hari! Kita temanan sudah dari SMP. Jujur, gue kecewa sama lo.” tekan kak Gema.

Kak Gema melepaskan rangkulannya, “Gue pergi dulu, makasih bro atas pukulannya sama sikap lo yang bodoh ini.” Ujar kak Gema lalu keluar meninggalkan kami berdua.

Aku menatap Cairo dengan sedih, “Cairo… Aku senang banget punya teman kayak kamu… Tapi kayaknya, sampe sini saja yah? Maaf kalo kesannya aku gak tau diri… Semuanya salahku, andai aku gak dekat sama kak Gema mungkin kalian gak akan berantem kayak gini. Aku pergi dulu…” jelasku padanya.

“Kale… Maaf…” sesal Cairo.

“Aku kembali ke kelas, sekali lagi terima kasih dan maaf…” ungkap ku lalu pergi meninggalkan Cairo sendiri.

Setelah hari itu, aku, Cairo, dan kak Gema tidak lagi saling menyapa seperti biasanya. Setelah hari itu juga Cairo dan kak Gema kembali seperti semula, mereka sudah berbaikan. Aku begitu lega… Namun di dalam hatiku, aku begitu merindukan mereka berdua. Yang biasa kulakukan hanya melihat mereka dari jauh.

Saat sedang bersantai ditaman belakang, seseorang duduk disampingku. Aku menoleh dan begitu terkejut melihat Cairo yang duduk dengan menyengir ke arah ku.

“Hai cantik, apa kabar?” tanya Cairo menaik turunkan alisnya.

Aku gelagapan, “Apa yang kamu lakuin disini?” tanyaku.

Cairo menghela nafasnya, “Aku bosan tau temanan sama Gema mulu, Gema juga gitu. Baikan sama kita berdua, mau?” tawar cowok itu. Aku memalingkan wajahku ke arah lain, mataku berkaca-kaca mendengar tawaran itu.

“Aku mau! Mau banget! Tapi aku takut kejadian kemarin keulang lagi…” jeritku dalam hati.

Aku menggelengkan kepala ku kuat.

  • Bagikan