Yuk Ikuti Kisah Elisa di Cerpen Buruk Rupa

  • Bagikan
keker

Alisa membuat penghalang es tapi itu hancur oleh aura tebasan itu dan melukai punggung Alisa. Darah biru keluar dari tubuhnya tapi luka itu dengan cepat menutup oleh es. Elisa terus menyerang dengan pedangnya sedangkan Alisa hanya dapat menangkis dan bertahan karena serangannya tidak berefek apapun pada Elisa yang menyebabkan banyak luka disekujur tubuh Alisa.

“Sadarlah Alisa, Sungguh aku tidak ingin melawanmu. Tolong kembalikan mereka yang kau bekukan, dan kembalilah hidup bersama kami dan bangun kekaisaran ini bersama-sama” teriak Elisa.

“Hahaha, orang-orang yang memujimu tidak pantas untuk hidup Elisa akan kubunuh mereka, kau ditakdirkan untuk dihinakan. Tidak pantas dirimu hidup dalam bahagia, harusnya kau berada dalam kesengsaraan dan sekarang aku telah menciptakannya. Tidak ada lagi yang akan mencintaimu Saudariku…Selamanya,” sahut Alisa.

Tangis keluar dari mata Elisa, hinaan yang diucapkan saudarinya telah menghancurkan hatinya. Aura emas dari pedangnya mulai bersinar lebih terang, mata Alisa melebar. Dengan genggaman erat Elisa siap melayangkan serangan terakhir. “Maafkan saya Al, bahkan setelah semua ini saya akan tetap menyayangimu” Ucap lembut Elisa.

“Apa yang kau ucapkan? Tebasan payahmu tidak sanggup melukaiku” Ejek Alisa.

Elisa menerjang masuk dengan posisi menusuk, menghancurkan lapisan penghalang es yang dibuat Alisa. Serangan kuat itu menusuk perut Alisa, menyebabkan ledakan cahaya emas kebiruan yang dahsyat. Seluruh atap Istana hancur jadi debu dan Alisa terkapar tak berdaya di lantai istana.

“Ah, Apakah ini akhirnya? Aku tidak menerima ini. Aku berjanji akan membunuhmu di kehidupan selanjutnya..” Ucapan terakhir Alisa. Nafasnya berat dan tubuhnya mulai membeku dan hancur.

“Semoga dewa reinkarnasi memberimu kehidupan yang baik dikesempatan berikutnya” Doa elisa.

Peperangan panjang telah berakhir. Kematian Alisa tidak membuat badainya berhenti, Elisa hanya duduk kedinginan di tepi istana yang hancur dikelilingi manusia yang tak bernyawa. Ia melihat kelangit, tidak ada bulan atau matahari hanya debu biru yang menutupi pandangan. Elisa termenung dan terus berdoa untuk seluruh kehidupan yang binasa agar kembali kesurga, berharap kepada dewa agar dirinya tidak pernah ada di dunia. Penyesalan ini akan Elisa bawa bahkan di kehidupan selanjutnya.

Amanat :

(Nilailah seseorang dari perbuatannya, rupa yang cantik tak menjamin hati yang cantik dan rupa yang buruk tak menjamin hati yang buruk pula. Sungguh dunia akan lebih indah jika raga tak menjadi tolak ukur dalam menilai seseorang)

AdriansyahSMK Negeri 2 MakassarIG: @adrideku_

  • Bagikan

Exit mobile version