Ternyata Makanan Berlemak Bisa Meningkatkan Risiko Kesehatan Mental, Suka Makan Es Krim Harus Waspada

  • Bagikan
freepik

KEKER.FAJAR.CO.ID. Halo sobat KeKeR, banyak orang cenderung mengonsumsi makanan berlemak, seperti es krim dan keripik kentang saat stres untuk menenangkan pikiran. Namun, makanan berlemak justru memperburuk efek stres.

Dilansir dari SINDOnews.com, orang yang mengonsumsi makanan berlemak memiliki tanda-tanda disfungsi endotel yang lebih besar, di mana disfungsi endotel dapat meningkatkan risiko masalah, seperti penyakit kardiovaskular.

Apakah Kamu cenderung mengonsumsi makanan berlemak yang menenangkan, seperti es krim dan keripik kentang saat stres ? Jika iya, Kamu mungkin perlu memperimbangkannya.

Pada sebuah studi baru, yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Nutrition, menemukan bahwa mengonsumsi makanan tinggi lemak sebelum peristiwa stres dapat berdampak buruk pada fungsi endotel, satu lapisan sel yang melapisi pembuluh darah. Ketika berfungsi dengan baik, ia terlibat dalam penyempitan dan relaksasi pembuluh darah, juga mengatur pergerakan cairan dan molekul lain ke jaringan tubuh.

Disfungsi endotel dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, penyumbatan arteri, dan tekanan darah tinggi.

Makan berlemak mempengaruhi aliran darah

Stress diketahui menyebabkan penurunan fungsi endotel selama sekitar 15 hingga 90 menit setelah peristiwa stres pada orang dewasa muda yang sehat.

Selain itu, penelitian melaporkan bahwa orang cenderung makan makanan berlemak dan bergula secara berlebihan saat sedang stres, yang dapat berdampak buruk pada pembuluh darah, termasuk disfungsi endotel. Mengingat fakta-fakta ini, penulis berpikir bahwa mungkin ada interaksi antara efek stres dan konsumsi lemak yang akan menyebabkan aliran darah semakin terganggu.

Mengapa lemak memperkuat efek stres?

Menurut Kelsey Costa, MS, RDN , ahli diet terdaftar dan konsultan nutrisi untuk Koalisi Nasional Kesehatan. Studi ini menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan berlemak tinggi selama masa stres dapat menunda proses penyembuhan tubuh, khususnya fungsi endotelium (lapisan dalam pembuluh darah), yang menunjukkan bahwa stres akibat mengonsumsi jenis makanan ini mungkin berdampak buruk pada kesehatan pembuluh darah pada individu muda yang sehat.

Namun Costa menambahkan, belum jelas bagaimana konsumsi lemak menghambat pemulihan pasca stres. Dia mengatakan, seperti dugaan para peneliti, mungkin saja peningkatan trigliserida dan protein C-reaktif setelah konsumsi lemak bisa jadi penyebabnya.

Namun, meskipun mengonsumsi makanan berenergi tinggi ini mungkin bermanfaat bagi nenek moyang kita setelah melawan predator atau melarikan diri dari bahaya, hal ini reaksi stres tidak membantu kita dengan baik dalam hal tekanan mental atau emosional.

Alfina Ali Dollah, Mahasiswa Fbs, Universitas Negeri Makassar. Saat ini dalam program Magang Jurnalistik di FAJAR.

  • Bagikan