KEKER.FAJAR.CO.ID – Salah satu bukti bahwa eratnya suatu ikatan bahkan benda setajam apa pun tak akan pernah bisa memutuskannya, adalah sedih yang tak dapat diungkapkan dengan cara apa pun.
Hati seolah membungkam dirinya untuk tidak memberikan risiko apa pun. Ada apa dengan dirinya? Apakah ia selemah itu untuk membuat dirinya tidak terjerat dalam masalah? Mungkin, Kinara bisa menjawabnya.
Monatik, sekolah asrama yang terkenal dengan lulusannya yang prestasinya terdengar di mana-dimana. Fasilitas? Tidak usah diragukan lagi, melebihi bayangan siswa kebanyakan. Sederhana namun elegan.
Semua ekspresi yang Kinara tunjukkan sangat nyaman untuk dipandang, bahkan ekspresi yang tidak menyenangkan dibuat senang olehnya. Guru-guru ikut memuji dan menyukai sikap dari Kinara.
Begitulah keseharian Kinara, tiada hari tanpa pujian menggunung. Kinara mempunyai seorang yang bisa dibilang gumpalan kebahagiaan yang sangat berharga. Jika Kinara diberi pilihan antara hidup dengan penuh harta akan tetapi tak bersamanya, pasti Kinara lebih memilih untuk menghindari pilihan tersebut karena nyatanya itu hanya akan membuatnya sedih terus menerus. Tidak ada yang bisa membuat Kinara menangis, namun semua orang bisa dibuat tersenyum oleh Kinara.
Kinara yang sangat menyukai balet terlihat anggun dan lentur kala ia memainkan gerakan tangannya yang mempesona. Matteo, pria yang menjadi kebahagiaan Kinara sejak awal pertemuannya memberikan kisah tersendiri dalam hidup Kinara yang merupakan gadis pendiam.
Dari sekian banyak pria yang telah ia temui, hanya Matteo yang berhasil mencuri hati Kinara yang sedingin embun es. Sayangnya, ia terpaut duatahun yang berarti akan ada perpisahan yang sedang menanti Kinara di akhir. Dan akhir itu sudah di depan mata Kinara.
Malam sebelum hari kelulusan Matteo, ia memberikan pesan kepada Kinara yang selama ini belum pernah didengar oleh Kinara darinya.
“Kinara, aku tidak tahu harus mulai dari mana mengucapkan terima kasihku kepada kamu yang entah mengapa bisa menjadi kesatuan dalam hidupku, padahal aku baru mengenalmu setahun terakhir,” ucap Matteo sambil kebingungan.
Kinara hanya tersenyum sambil menatap mata Matteo.
“Nanti kalau aku sudah lulus, jangan pernah berubah ya?,” ucap Matteo yang sedang menahan tangisannya. Lagi-lagi Kinara hanya tersenyum diam menatap kepada Matteo seolah tidak merasakan kesedihan akan kelulusan Matteo.
“Kinara..!”
“Iya?,” Kinara terkejut.
“Kenapa kamu hanya diam saja? Hal yang paling aku takutkan adalah kamu bukan lagi orang kukenal setelah kelulusanku.” Matteo meneteskan air matanya yang sudah tak terbendung lagi.
Kinara menghela napas sambil tersenyum lebar dan berkata. “Kak…aku bukannya tidak peduli sama apa yang kakak rasa dan kekhawatiran akan perubahanku nantinya. Tapi kan kita bisa setiap hari bertemu dan meluangkan waktu bersama. Justru entah mengapa aku yang malah khawatir kakak yang bakal lupa sama aku dan tidak ada lagi waktu buat tertawa bersama.”
Matteo terdiam sejenak.
“Kakak sudah janji tidak akan pernah lupa sama aku, jangan lupakan aku… Kak Matteo.” Matteo langsung memeluk erat Kinara yang tak dapat membendung air matanya yang telah menetes.
“Aku beruntung bertemu kamu Kinara.., aku tidak akan pernah melupakanmu yang seindah bunga mawar.”
Kinara terus menemani Matteo, hingga keesokan harinya ia mengantarkan Matteo ke garis finis. Itulah kali terakhir bertemu dengan Matteo. Setelah kelulusannya Kinara menjalani hari-harinya tanpa ditemani oleh Matteo. Sepi, sedih, serta tak berdaya semua dirasakan oleh Kinara. Ditambah ia mengetahui bahwa Matteo telah memiliki pacar yang ia ketahui dari sahabatnya.
“Kin..kamu sudah tahu belum kalau Kak Matteo sekarang sudah punya pacar?,” tanya Kayla.
“Sudah,” Kinara menjawab dengan wajah riang sambil tersenyum.”Kamu nggak cemburu?,” tanya Kayla.
“Semua orang berhak memilih jalannya sendiri, begitu pun Kak Matteo dia berhak menjalani masa depannya bersama orang pilihannya.”
Setelah percakapan singkat tersebut, tidak ada lagi yang berani menanyakan isi hati dari Kinara, karena orang-orang tahu betapa menyakitkannya jika berada di posisi Kinara.
Sementara Kinara, hatinya tak kuat menahan rasa sedihnya kehilangan sosok kakak yang selama ini memberikannya pengalaman dan pembelajaran hidup yang berharga dan tidak akan didapatkannya dari orang lain. Inilah kenyataan pahit yang harus dijalani oleh Kinara sampai bertemu di titik akhir dari sedihnya yang tidak berujung. (*)
Penulis
Ahmad Zakwani
Pesantren Modern Pendidikan Al Qur’an IMMIM Putra Makassar