Kecerdasan Buatan Makin Canggih: Apakah AI Akan Menggantikan Pekerjaan Manusia?

  • Bagikan

KEKER FAJAR.CO.ID—Perkembangan kecerdasan buatan (AI) generatif seperti ChatGPT, Gemini, dan Sora kini melesat dengan kecepatan yang luar biasa. Teknologi yang dulunya hanya dianggap sebagai alat bantu sederhana, kini sudah mampu menghasilkan teks, kode, video, bahkan membuat keputusan bisnis secara mandiri. Hal ini memunculkan pertanyaan besar: apakah AI akan mengambil alih pekerjaan manusia?

AI generatif yang berbasis large language models (LLMs) dan pembelajaran multimodal telah merambah banyak sektor, mulai dari layanan pelanggan, jurnalisme, desain grafis, pemrograman, hingga industri kreatif. Contohnya, Sora buatan OpenAI dapat menciptakan video realistis hanya dari perintah teks, sementara Google Gemini semakin mahir membantu pengembang menulis dan memperbaiki kode.

Pekerjaan yang Rentan Digantikan AI

Laporan McKinsey Global Institute tahun 2025 memperkirakan bahwa sekitar 30% pekerjaan di bidang administrasi, akuntansi, hingga pemasaran digital berpotensi digantikan sebagian atau sepenuhnya oleh AI dalam lima tahun ke depan. Pekerjaan yang bersifat rutin dan berbasis data dinilai paling rentan terdampak.

Namun demikian, tidak semua profesi terdampak secara negatif. Sebagian justru akan berevolusi dengan dukungan AI. “Yang terjadi lebih kepada perubahan, bukan sekadar penggantian,” ujar Dwi Rahma, analis teknologi dari Institute for Digital Society. “AI bisa menangani tugas-tugas yang membosankan, sementara manusia tetap diperlukan untuk membuat keputusan, menunjukkan empati, dan menciptakan ide-ide kreatif.”

Kontroversi: Efisiensi atau Ancaman PHK?

Meskipun membawa efisiensi tinggi, banyak pihak mengkhawatirkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat otomatisasi berbasis AI. Di Asia Tenggara, sejumlah perusahaan rintisan sudah mengurangi staf customer service karena beralih ke chatbot AI yang bekerja 24 jam nonstop.

Serikat pekerja di berbagai negara pun mendesak adanya regulasi agar AI tidak dijadikan alasan untuk merumahkan karyawan secara sepihak. Negara seperti Korea Selatan dan Jerman bahkan tengah merumuskan undang-undang untuk melindungi pekerja dari dampak otomatisasi.

Bagaimana Kesiapan Indonesia?

Di Indonesia sendiri, adopsi AI secara menyeluruh masih berada pada tahap awal. Meski begitu, pelaku industri mulai bersiap-siap. Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika juga berencana menerbitkan pedoman etika penggunaan AI pada akhir tahun 2025.

“Kalau tidak kita atur dari sekarang, kita bisa tertinggal dalam persaingan global sekaligus menghadapi persoalan sosial yang berat,” tutur Menteri Kominfo, Budi Santosa.

  • Bagikan

Exit mobile version