[Cerpen] New School in New Normal Era

  • Bagikan
Photo by Fathika Raihani Tawali

KEKER.FAJAR.CO.ID – AYIAYIAAA! Dengan sedikit kesal, kuhalau sumber irama yang berbisik di benakku. Baru saja aku menutup mata satu detik, tetapi saat kubuka, langit sudah terlihat cerah, berbeda dengan warnanya pada waktu subuh tadi. Rasanya masih ingin kurebahkan diri di atas kasur sambil bersantai, seperti yang sering kulakukan selama tiga bulan terakhir.


“Ini sekolahku?” gumamku. Aku mengamati gedung tinggi di depanku dari bagian atas hingga ke bawah.

Sudah sekian lama sejak terakhir kali aku menuntut ilmu di sekolah. Momen haru wisuda yang sudah sangat kami nantikan, harus ditiadakan akibat situasi pandemi Covid-19 saat ini.

Kami sudah bersama di SMP selama tiga tahun yang seharusnya diakhiri dengan momen khusus di mana kami bisa berkumpul bersama sekali lagi. Sayangnya hal itu tidak terjadi, namun sebagai gantinya, acara tersebut tetap dilaksanakan meskipun secara daring menggunakan aplikasi zoom.

Setidaknya itu membuat kami tetap dapat berkomunikasi walau terhalang oleh jarak. Memang mengecewakan, namun saat ini kita harus menegakkan protokol kesehatan dan menghargai jasa para tim medis yang berjuang di garda depan demi kesehatan masyarakat.

“Naurah!” Sontak aku menoleh ke belakang.

“Ini Riska. Masa kamu lupa, sih.”

“Riska??! Kamu lanjut di SMA ini juga?” tanyaku dengan rasa terkejut.

Tidak mudah untuk langsung mengenalinya saat ini. Ia memakai masker yang sama denganku. Sepertinya tiga bulan terhalang jarak membuatku hampir melupakan wajah teman-temanku.

“Aku langsung kenal kamu, lho. Gak tau kenapa hahaha,” ucap Riska diikuti oleh tawa khasnya yang sudah lama tidak kudengar.

“AAAA RINDUU,” hampir saja aku memeluknya, kalau tidak dicegah oleh Riska melalui ucapannya,”Eitss…..jaga jarak,”

“Hehe iya, aku lupa,” ucapku.

“Kalau gitu, ayo masuk! Mungkin di dalam kita akan dapat instruksi lebih lanjut. Yuk!”

Kami berdua berjalan beriringan memasuki gedung sekolah, masih dengan jarak sekitar satu meter sejak pertama berjumpa tadi. Setelah beberapa langkah, kami akhirnya bertemu dengan beberapa guru di sana.

Salah satunya pun mengarahkan kami ke ruangan yang dimaksud. Suasananya tidak seramai penerimaan murid baru seperti tahun-tahun sebelumnya. Tak ada upacara penerimaan di lapangan karena seluruh murid harus langsung memasuki ruang kelas masing-masing.

“Assalamu alaikum…” Dengan ragu-ragu, kuucapkan salam begitu memasuki ruangan yang akan menjadi kelasku.

Sudah terlihat belasan murid yang duduk di bangku. Mereka sepertinya sedang menatap ke arahku. Aku berjalan pelan, dan mendapatkan bangku di barisan paling belakang.

  • Bagikan