[Cerpen] Cerita Bukit

  • Bagikan

KEKER.FAJAR.CO.ID – Pertemuan yang ditunggu-tunggu akhirnya terjadi secara tak sengaja di sebuah cafe yang sering Bukit kunjungi. Tak terasa, sudah tiga tahun Bukit tak melihat sosok yang sedang duduk berhadapan dengannya saat itu.

Yup, ia bernama Bumi Sementara. Bumi adalah satu-satunya sahabat cowok yang Bukit punya. Mereka dipertemukan karena dulunya pernah sekelas waktu mereka masih di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat itu, cukup dengan lontaran pertanyaan sekaligus pernyataan “Orang tuamu cerai ya? Sama dong kita!” yang diucap Bukit enam tahun lalu itu, akhirnya menjadi awal persahabatan mereka berdua.

Bagi Bumi, Bukit adalah satu-satunya adik kecil perempuan yang ia punya. Tak heran jika Bumi dulunya sering memarahi Bukit yang hanya tau bermain-main dengan pendidikan masa SMP-nya. Tapi, Bukit sendiri juga sejujurnya tidak terlalu menyukai sifat pemarah Bumi.

Hingga akhirnya satu perintah terakhir Bumi lontarkan. Perintah yang sebetulnya selalu membuat seorang Bukit yang polos kembali menanyakan akan maksud Bumi mengatakan hal tersebut kepadanya.

“Btw Kit..” Kata Bumi yang posisinya sedang berdiri di samping Bukit akhirnya buka suara.

“Hmm..? Kenapa Bum?,” Jawab Bukit heran.

“Jangan pernah pacaran yaa Bukit…” Kata Bumi tiba-tiba.

“Hah!?? Maksudnya Bum!?” Lagi-lagi tanya Bukit— tapi kali ini dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.

“Aku duluan yaa Bukit.. Kamu baik-baik.. Tuh kak Farhan udah nunggu di sana.. Byee Bukit, sampai ketemu lagi!” Jawab Bumi yang langsung berlari ke arah orang yang baru saja ia tunjuk barusan.

Sebetulnya jawaban Bumi itu bukanlah sebuah jawaban yang Bukit harapkan. Namun, perintah itu perintah yang entah apa maksudnya, tetapi benar-benar membuat Bukit kebingungan selama tiga tahun terakhir.

Pertemuan itu terasa sangat cepat padahal tinggal beberapa menit lagi ternyata sudah memasuki menit ke-180. Tak banyak yang bisa Bukit bagi dalam pertemuan tersebut. Tiga jam rasanya tak cukup bagi Bukit. Pertemuan yang ditunggu-tunggu terpaksa berakhir ketika Sang Bukit dengan rasa bersalah meninggalkan Bumi yang masih nyaman duduk di café malam itu. Tak lupa, Bukit memberi nomor yang bisa dihubungi, menimbang-nimbang jika Bumi ingin membuat janji di hari lain.

Seminggu berlalu, tak ada kabar dari Bumi. Tapi itu bukanlah masalah yang besar bagi Bukit, karena untuk Bukit sendiri, mengetahui Bumi masih hidup itu sudah lebih dari cukup. Syukurnya, Bumi juga secara tak sengaja telah mengirimkan kabar kepada Bukit melalui postingan ataupun cerita yang Bumi bagikan di akun media sosial pribadinya.

Hari Minggu, Bumi pergi ke pantai. Hari Senin, Bumi bertemu dengan teman-teman asramanya. Hari Selasa, Bumi pergi menonton film bersama sepupunya. Lalu hari ini hari Kamis Bumi tak memposting apapun sedari pagi padahal hari sudah hampir larut.

  • Bagikan