[Cerpen] Cerita Bukit

  • Bagikan

Malam itu Bukit beranjak tidur lebih awal dari biasanya. Baru jam 9 malam, Bukit memutuskan untuk istirahat. Sejam berlalu, telpon Bukit tiba-tiba berdering, tertulis jelas ada nomor yang tak diketahui sedang memanggil.

“Bukit.. tolong temani aku sebentar. Aku harus pulang ke rumah, namun rasanya sepi sekali. Aku minta maaf harus menelfon mu selarut ini, tapi aku butuh kamu Bukit..”, suara lembut itu akhirnya terdengar.

Wahh, Bumi. Mengapa dia melakukan ini kepada Bukit? Mengapa dia mengatakan hal yang dapat membuat jantung Bukit berdegup sangat kencang? Mengapa?”Apa yang Bumi katakan tadi? Dia membutuhkan ku?”, gumam Bukit dalam hati sembari tersenyum persis seperti orang yang sudah tidak waras.

Singkat saja pembicaraan kali itu. Bumi hanya memberikan beberapa pertanyaan mengenai rutinitas Bukit yang jawabannya benar-benar tak seperti harapannya. Habis lah Bukit malam itu. Bumi benar-benar marah karena kebiasaan tak sehat seorang Bukit yang polos. Tapi suasana kembali membaik setelah Bukit memindahkan topik rutinitas tadi menjadi topik mengenai musik dan seni.

Di akhir topik itulah untuk pertama kalinya seorang Bumi menyanyikan lagu kesukaannya kepada Bukit. Sudah Bukit pastikan bahwa untuk kejadian malam ini akan terekam jelas menjadi sebuah kenangan yang mungkin takkan Bukit lupakan.

Malam itu tak hanya jantung yang berdegup kencang ataupun senyuman yang tiba-tiba terukir di wajah kecil Bukit, melainkan hati.. hati yang telah tertutup rapat selama 19 tahun terakhir, akhirnya sekarang telah terbuka lebar persis seperti sedang mempersilahkan Sang Bumi untuk berjalan masuk.

Tiga hari berlalu. Hanya membutuhkan tiga hari dari malam di mana Bukit jatuh hati kepada Bumi-nya. Sebuah konflik akhirnya datang juga.

Saat iyu, ulang tahun Bumi. Hari yang amat istimewa bagi seorang Bumi namun menjadi hari yang 180° sangat berbeda bagi seorang Bukit. Yaa.. Bukit kini merasakan patah hati untuk kedua kalinya. Terlihat di video yang sedang Bukit tonton, seorang wanita berparas cantik. Badannya tinggi, kulitnya putih bersih, proporsi muka nya benar-benar bak seorang model. Wanita itu berjalan menuju Bumi sambil memegang kue dan Bumi membalasnya dengan senyuman penuh arti tiap kali melihat ke wanita itu.

Bukit ingat dengan baik bahwa Bumi selalu mengatakan kepada Bukit bahwa Bukit adalah wanita yang baik. Bahkan Bumi selalu menambahkan kalimatnya dengan pujian, “Siapa yang tak ingin bersama wanita sebaik kamu, Bukit? Aku yakin ga ada satupun manusia yang akan berani menolakmu..”

Ahh, sudahlah.. mungkin memang benar katanya.. memang benar kalau seorang Bukit akan menjadi sangat baik untuk orang lain. Dan mungkin juga, saat itu yang Bumi maksud adalah Bukit baik untuk manusia di bumi semesta ini, bukannya untuk Bumi yang Bukit kenal. Bukan untuk seorang Bumi yang begitu Bukit idamkan, bukan untuk Bumi yang bernama Bumi Sementara. (*)

Zakira GaesaniSMAN 21 MakassarIG : @z_ny_

  • Bagikan