KEKER.FAJAR.CO.ID – Hai guys, siapa nih yang sering membandingkan diri dengan orang lain? Kalau kamu orangnya, please kamu harus setop kondisi ini dan mulai menjadi versi terbaik diri kamu.
Memang sih membandingkan diri sendiri bisa membantu memotivasi untuk jadi lebih baik, tapi juga sikap seperti itu bisa menggerogoti mental, disebut social comparison. Ini sering dialami individu baik secara sadar maupun tidak sadar, apalagi di era serba canggih ini, rasanya hampir tidak mungkin untuk menghindari perbandingan diri di media sosial. Maupun membandingkan diri dengan orang asing yang ditemui di luar.
Seperti yang dirasakan Siswi SMK SMAK Makassar, Hilmy. Ia mengaku sebelum mengenal media sosial dirinya memang sering membandingkan dirinya dengan circle pertemanannya, jika temannya mampu melakukan sesuatu dan ia tidak bisa. “Awal-awal itu tidak terima, tapi temanku juga support apapun hasil dari yang saya lakukan. Jadi saya ambil positifnya, kalau temanku bisa saya juga bisa,” beber Ime sapaan akrabnya.
Siswi SMPN 6 Makassar, Alifia Radisty Azzahra juga sering mengalami social comparison dengan membandingkan dirinya dengan orang-orang yang ada di media sosial. Meski awalnya merasa kurang percaya diri, tapi hal tersebut tidak baik untuk dirinya dan mencoba melihat dari sisi positifnya dengan menjadikan hal itu sebagai motivasi. “Membandingkan diri di media sosial itu tidak akan ada habisnya, tapi karena dampaknya tidak baik jadi saya jadikan motivasi,” ujar Fia.
Menurut Dosen Psikologi Universitas Hasanuddin, Yassir Arafat Usman, M.Psi., Psikolog, setiap individu memiliki dorongan bawaan diri untuk mengevaluasi dirinya dengan orang lain, ini adalah kondisi yang tanpa disadari setiap manusia pasti mengalaminya. Dalam dunia psikologi fenomena ini disebut social comparison.