[Cerpen] Harapan yang Usai

  • Bagikan
keker

KEKER.FAJAR.CO.ID – Setiap manusia pasti punya harapan dan setiap harapan tentu punya masanya. Tidak semua yang kita harapkan bisa menjadi kenyataan, karena ya bukan cuman kita yang berperan sebagai manusia dengan beribu genggaman harapan.

Manusia terkadang menjadi sosok yang sangat egois dan pelupa. Egois karena terlalu sering menggantungkan harapan dan berekspektasi tinggi akan semua itu. Lalu pelupa karena sebuah ekspektasi hingga tak lagi mengingat bahwa kenyataan adalah hal yang pada akhirnya ada dan terjadi. Harapan itu sebuah angan terindah bagi sosok gadis remaja, ia adalah Gabriella Valerie. Sosok gadis yang berani menjadikan seorang lelaki di sekolahnya berperan sebagai harapan yang menyenangkan, dan ia adalah Gevano Anggara.

Suatu hari di tahun 2019,

“Van, kita berteman udah lama banget ga sih?” ucap seorang gadis yang senang menanyakan hal random kepada temannya. Lalu, lelaki tersebut pun tersenyum tipis dan menatap gadis di sebelahnya, “Biel, kamu itu bukan hanya sekadar teman saja bagiku melainkan kamu sudah menjadi bagian terpenting dalam hidupku, karena kita sahabat dan tentunya akan selalu bersama.” Kemudian lelaki tersebut tersenyum sambil mengusap rambut seorang gadis yang duduk di sampingnya. Gadis yang sedang memakan es krim tersebut tanpa sadar tersenyum manis sambil merapalkan doa agar mereka selalu bersama sampai kapan pun itu.

Hari demi hari pun berlalu, sosok remaja itu semakin terlihat manis. Ia berjalan sendiri melewati koridor sambil bernyanyi kecil, lalu tiba-tiba ada seseorang yang menghalangi jalannya, “Kiww, halo Biel gembul”, ucap lelaki tersebut sambil tersenyum. “Biel, pulang bareng yuk, ntar Vano beliin matcha deh”, ucap seorang lelaki pada gadis di sampingnya. “Heumm, ya udah deh aku telpon mama dulu buat izin biar dia ga kesini jemput aku, tapi btw sekalian yah anterin ke Gramed soalnya mau beli novel terbaru bung Fiersa Besari.” Vano pun mengangguk dan tersenyum lalu mengacak rambut Biel. “Iyaa siap Biel gembul yang bawel banget, Vano yang baik hati kesayangan Biel akan mengantar tuan putri kemana saja. Gabriella pun tersenyum dan berkata, “Ada-ada saja kamu Van, kamu bisa antar aku kemana saja kan? Apa bisa kau mengantarku ke hatimu agar di sana selalu ada aku dan tentunya kita?” Lelaki tersebut hanya tersenyum masam mendengar permintaan sang tuan putri.

Gramedia, di kala matahari terbenam…

“Biel, sebenarnya aku mau jujur ke kamu perihal semuanya supaya ke depannya tidak akan kesalahpahaman terjadi antara kita atau bahkan hanya salah satu di antara kita. Aku gamau nantinya pertemanan kita ini menghilang begitu saja hanya karena sebuah perasaan. Jadi, sebenarnya belakangan ini aku dekat dengan seseorang yang selama ini kuceritakan padamu. Sosok yang selalu kuharapkan agar kiranya dia bisa memiliki perasaan yang sama denganku. Aku menceritakan ini bukan untuk membuatmu sakit hati Biel, sebab selama ini perasaan lebih yang kurasakan kepadamu hanya seperti saudara dan sahabat bukan perasaan berlebihan seperti pasangan remaja lainnya.

Walaupun aku sering mendengar sebuah kutipan yang bilang bahwa gak ada pertemanan antara cowo/cewe yang murni tanpa sebuah perasaan lebih, tapi nyatanya saat ini aku sendiri berada di fase tersebut. Sekali lagi maaf dan terimakasih Biel untuk semuanya, ini bukan obrolan terakhir melainkan sebuah awalan yang kuharapkan akan lebih baik ke depannya. Setelah ini, aku harap kau segera menghilangkan perasaanmu itu sebab aku tak ingin membuatmu merasakan sakit yang berlebihan. Cukup saat ini Biel, seusai dari sini kumohon pikirkan baik-baik semuanya dan di lain waktu kau bisa menempatkan perasaanmu di orang yang tepat aku akan turut merapalkan doa agar di lain kesempatan kamu bisa menemukan sosok yang mengharapkan hadirmu lebih baik dibanding aku. Anggap kita sebagai sahabat seperti biasanya Biel agar semuanya bisa baik-baik saja.

  • Bagikan

Exit mobile version