Cerpen ‘Sadar’ Tentang Sebuah Persahabatan dan Rindu

  • Bagikan

Di saat jam terakhir mata, pelajaran terakhir dimulai dengan absen dan namanya tetap tidak disebutkan membuatku semakin bingung, entah sudah banyak sekali pertanyaan pertanyaan yang sama berulangkali terlintas di pikiranku.

Namun selalu kuhiraukan, entah mengapa badanku terasa segan dan menolak untuk melakukan hal yang sama saat namanya tidak disebutkan pada mata pelajaran pertama, aku semakin bertanya-tanya di dalam benakku sampai aku tidak dapat berpikir jernih lagi, aku tidak memperhatikan apa yang sedang di jelaskan guru sama sekali.

Semua yang ada di benakku hanyalah pertanyaan yang sama namun, tidak dapat kujawab sama sekali. Ketika aku kembali menoleh kepadanya yang terlihat hanyalah senyuman yang penuh dengan ketulusan, aku belum mengerti mengapa dia tidak berhenti tersenyum? Apakah dia sedang sedih tapi tidak bisa mengutarakannya? Apakah ada yang menggagunya? Apakah dia sedang tidak baik baik saja?

Bel berbunyi menandakan bahwa sekarang sudah saatnya jam untuk pulang, aku membereskan semua barangku dan memasukkannya ke tas, ketika aku melihat ke arahnya dia masih terduduk tapi senyuman itu perlahan menghilang, akupun langsung memegang tangannya dan tersenyum, ayo kita pulang. Aku berjalan di sampingnya di bawah langit yang mendung menandakan akan segera hujan tetapi jarak rumah kita masih sangat jauh, aku langsung membawanya berteduh di bawah halte bis, ketika aku melihat ke arahnya ia hanya memandang ke arah rintihan hujan yang mulai berjatuhan ke daratan.

Suara khas dari hujan mulai terdengar dan suara lain mulai terbenam di bisingnya hujan, semua suara tersebut larut di dalam keheningan yang di buat oleh hujan. Aku melihat sekelilingku, banyak orang berlalu-lalang serta beberapa mobil yang berjalan melewati kita, aku tersenyum kemudian menoleh ke arahnya, seketika aku terdiam mengapa ia seperti pudar? Ia pudar seakan-akan hilang, aku menggosok mata dan kembali melihat ke arahnya dan benar dia hilang, aku sangat bingung dengan situasi sekarang. Aku tidak bisa berpikir jernih, aku mengingat kejadian-kejadian yang terjadi di sekolah hari ini. Apakah raut wajah bingung semua orang menandakan ia telah tiada?

Aku memejamkan mata dan mengingat semua kejadian aneh di sekolah dan ternyata benar. Ah iya kamu sudah berpulang, sekarang aku ingat kemarin malam kamu baru saja mengakhiri bukumu.Entah mengapa air mata ini jatuh begitu saja ketika aku menyadari semua hal yang terjadi, apakah dikarenakan sedih yang berkepanjangan membuatku menjadi seperti ini?

Ah.. aku tidak tahu, ketika aku membuka mataku keberadaannya sudah tidak ada lagi. Namun, hatiku terasa hangat dan tentram, apakah dia sedang ada di dekatku sekarang? Ah sudahlah,aku harus menerima semua hal ini. Tawa khasnya yang sangat teramat tidak bisa di lupakan, senyuman manis yang penuh akan ketulusan, kelakuan jahil dan tingkahmu yang selalu di luar dugaan.

Hahaha, kini semuanya sudah hilang sepertinya aku rindu, tawa orang itu tidak akan lagi bisa kudengarkan di bumi, pelukan hangatnya yang ia berikan setiap hari sudah menjadi kenangan semata. Kenangan yang akan selalu kuingat dan tidak akan pernah kulupakan, hari hari ceria yang selalu ia bawakan kepada semua orang akhirnya, menjadi suau kerinduan untuk amat teramat banyak orang. Tenanglah di sana sahabatku, aku yakin kita akan bertemu lagi, aku berjanji.(*)

Veger lee (KIR M2M)MAN 2 Kota MakassarIG: @vgr.le

  • Bagikan

Exit mobile version