Yuk Baca Cerpen Stargazing 2, Shaila’s Version

  • Bagikan
keker

“Halo, senang mengetahuimu. Terima kasih sudah mengikutiku kembali.”

“Senang berkenalan denganmu juga.”

   
    Halo, Kaye. Kayeja Caden Jad. Sudah delapan belashari sejak terakhir kali. Kaye, kamu tahu aku akan selalu rindu dan itu yang lagi aku rasain sekarang. Kamu tahu setiap detik aku selalu butuhnya kamu. Kaye, kamu pernah janji untuk sebisa mungkin kasih kabar kalau kamu mau pergi, sekarang boleh aku tagih janjinya? Tapi mungkin kamu juga akan tagih janji aku ya? Yang akan selalu nunggu kamu kembali dengan keadaan baik-baik saja, mau sejauh dan selama apapun itu. Hari ini, aku, Shaila Lilac Nojoud, sedang rindu namun tetap menunggu.

Semenjak hari di mana Kaye memberikan begitu banyak kalimat penenang untuk Shaila ketika dirinya berusaha untuk mengakhiri hidupnya, itulah yang membuat Shaila masih bertahan hingga hari ini, walaupun tanpa Kaye dahulu untuk sementara waktu. 
Hari ini ada Kelas Seni. Zara Wad Noura, sahabat dekatnya Shaila dari kelas sebelah menghampirinyadengan wajah sumringah. Biasalah anak muda kalau lagi dimabuk asmara. Zara dan Shaila mengambil kelas bidang seni yang sama, yaitu Seni Musik. Sesampainya di Kelas Seni, Zara mengernyitkan dahinya melihat Shaila sedang memandangi room chat yang membuatnya penasaran. Ternyata benar, room chat milik Shaila dan Kaye. “Shail, udah kali. Kasihanin diri lo sendiri. Lo tuh harusnya sadar, artinya dia bukan cowok baik-baik. Dia ngga bisa pegang janjinya. Cowok apa sih yang bisa dipegang selain janjinya?” Sontak Shaila kaget mendengar Zara tiba-tiba datang dan langsung menyelutuk sembari memegangbahunya.

    “Eh Zar, bikin kaget aja lo. Hehe, gue kangen, Zar sama dia. Iya gue paham maksud lo juga baik, tapi ngga semudah lo ngomong kayak gitu. Lo tahu sebelumnya dia selalu ada buat gue. Lo ngerti kan gimana rasanya jadi gue, kalo tiba-tiba dia pergi kayak gini? gapunya siapa-siapa gue,” Shaila lupa kalau dia sedang berbicara dengan sahabat dekatnya. “Eh, maksud gue, iya gue punya lo dan orang lain yang sayang sama gue. Tapi ya lo pahamlah, kalo sama crush tuh rasanya beda.”
        Zara mendadak membelakangi Shaila. “Yah, jangan marah dong, Zar. Gue kan nggak bermaksud kayak gitu,” kemudianZara menjawab dengan posisi masih membelakangi Shaila. “Kukira kita special, Shail. Ternyata ada yang komplit.”
     “Ck, ah elah. Gue kira lo beneran marah. Lo kira nasigoreng apa, pake ada yang komplit segala.”
     “Ya lagian lo, serius banget, kayak nggak kenal gue aja.Lagi pula hari ini tuh gue nggak bisa marah tahu.”
     “Iya deh iya yang lagi dimabuk asmara. Paham deh guepaham.”
     “Aaaaakkkkkhhhhh. Lo emang sahabat terbaik gue, sipaling paham.”
     “Ya udin, semoga langgeng ya, sahabatku. Semoga Ben bisa pegang janjinya. Soalnya, cowok apa sih yang bisa dipegang selain janjinya, hm?” Ejek Shaila dengan senyum pahit, sembari menirukan gaya bicara Zara sebelumnya kepadanya.
     “Yeeeee, sialan lo. Awas aja ya lo, besok gue lihat udah sumringah lagi gara-gara dia balik. Heran gue sama lo, bisa-bisanya lo mau sama cowo brengsek yang hobinya ngilang tanpa kabar kayak gitu.” Celetuk Zara.
     “Dia ngga brengsek, Zar. Gue kenal dia baik dan mungkin itu alasan kenapa gue nggak bisa lepasin dia gitu aja. Lagian dia pergi juga pasti ada alasannya.”
     “Iya deh, si paling selalu ada. Padahal mah, di mana-mana gue yang selalu ada buat lo.”
     “Lah, lo cemburu sama Kaye? Nggak normal lo, takut gue.” Kaget Shaila yang dibalas dengan tamparan kecil dari Zara di pipinya sebagai bentuk rasa kaget Zara karena pikiran sahabatnya yang entah sudah kemana-mana.
     kaye.j_a (lilacnojoud_): kaye.j_a: Maaf baru balas, Shail. Kemarin ini aku…
     Tiba-tiba dering notifikasi tersebut terdengar melaluiponsel Shaila. Benar saja, setelah melihat lockscreen ponselnya, Shaila langsung menangis tanpa peduli di mana dia sekarang berada. Zara pun segera mencoba menutupi Shaila agar tidak dilihat murid lain kalau dia sedang menangis. “Shail, jangan di sini nangisnya. Ayo gue bawa ke kelas biar lu bisa nangis sepuasnya di pundak gue.”
     “Zar, akhirnya, Zar. Akhirnya dia balik Zar. Kaye tokoh kesayangan gue balik, Zar.”
     “Iya gue tahu lo senang banget, tapi jangan nangis nggak tahu tempat kayak tadi dong, Shail. Untung tadi gue gercep bawa lo ke kelas. Coba tadi ngga ada gue, apa nggak malu lo nangis diliatin murid-murid lain apalagi adik kelas. Mau ditaruh di mana harga diri lo selaku sahabat seorang Zara yang paling kece se ZBKS (Zavier Batara Kadra School).”

Kebingungan melanda pikiran Zara melihat sahabatnya yang pingsan namun sembari tertawa manis. “Shail. Woy, Shail.Bangun woy. Lo kenapa dah senyum-senyum kayak gitu? Jangan-jangan lo mimpi Kaye balik, ya? Wah, udah gila lo. Segitu kangennya sampai kebawa mimpi kayak gitu. Dia nggak bakal balik Shail, percaya sama gue, brengsek gitu.”

“Hah? Yang tadi cuma mimpi ya, Zar? Tapi gue ngerasa kayak nyata banget. Nggak sih yang tadi nggak mimpi, gue yakin dia benaran balik. Ponsel gue mana?” Kata Shaila yang langsung bergegas mencari ponselnya yang ternyata ada di kantung seragam Zara.

  • Bagikan

Exit mobile version