Bohong Membawa Petaka

  • Bagikan
Dok. Pribadi/Jacinta

“Kamu tahu July kenapa?”

“Baiklah, terima kasih.” Telpon ditutup.

Aku menatap dengan was-was, semoga saja temanku itu tidak berkata yang sebenarnya. Tapi, aku kurang yakin. Setahuku dia adalah anak yang dibesarkan orang tuanya untuk tidak berbohong. Bagus penerapan orang tua temanku itu. Ahh, aku jadi rindu Ayah dan Bunda.

“Tahu gak July? Sekuat apapun kamu bersembunyi pasti akan tertangkap. Sehebat apapun kamu menutup pasti akan terbuka. Jangan menjadi layaknya udang dibalik batu.”katanya kemudian bangkit dari duduk.

Aku menatap kepergian kak Mila yang nampak terlihat sangat kecewa akan kebohonganku. Aku hanya diam membisu, terlalu takut untuk berbicara lagi.*Aku sadar ada yang berbeda dari kak Mila beberapa hari belakangan ini. Saat aku menyapa dia malah melenggang pergi ke kamar atau pura-pura sibuk melakukan sesuatu. Ketika jam makan ia tidak ada di meja makan, sepertinya telah terlebih dahulu menyantap makanan. Apakah memang kesalahanku sebesar itu?

Aku meraih centong nasi untuk kugunakan mengambil nasi di dalam rice cooker. Jam telah menunjukkan pukul 14.00, aku telat makan siang. Dua jam yang lalu aku disibukkan dengan beberapa perintah mendadak yang datang dari anak pemilik sekolah. Sudah kukatakan kan? Aku dijadikan babu oleh anak-anak kelas atas, dan tugasku hanya mematuhi perintah.

“Hai Rima, ada apa?”tanyaku.

Aku kemudian duduk di kasur kamar. Menunggunya membuka suara ternyata selama menunggu ayam bertelur. Tidak, tidak, itu hanya candaanku. Mungkin hal yang ingin dikatakannya adalah sesuatu yang penting, jadi sebaiknya dia memikirkannya dulu. Aku akan terus mencoba berpikir positif tentangnya, karena menurutku dia adalah satu-satunya orang baik di sekolah dari banyaknya orang yang jahat padaku

“Mulai sekarang jangan berbicara denganku lagi. Aku sudah capek denganmu. Anak beasiswa yang kurang dalam hal fisik dan juga finansial. Hei, selama ini aku berteman denganmu karena kamu pintar. Namun kurasa sekarang, lebih baik aku mengakhiri drama ini. Terimakasih untuk sontekan ujiannya ya.” Sambungan langsung terputus.

Kalimat panjang itu langsung membuat tubuhku diam, seperti patung. Ini, tidak mungkin kan? Aku yakin dia baik. Dia berbohong kan? Sepertinya tidak, dari nadanya dia benar-benar tidak suka padaku. Apakah ini adalah sebuah balasan karena aku berbohong pada Kak Mila? Mungkin juga karena aku yang selama ini memberinya sontekan yang sebenarya bisa dikatakan sebagai kebohongan yang besar.

Aku diam, termenung kemudian menangis pilu. Sesal bertumpuk menjadi satu. Ingin mengulang waktu, sayangnya itu suatu hal yang mustahil. Kini aku hanya bisa menyesal. Dan, berdoa. Semoga tidak ada lagi yang bernasib sama sepertiku, berbohong dan kemudian menyesal. Jangan sampai! (*)

Biodata:

Nama Lengkap: Jacinta Arkana Shafiqah JasmanAsal Sekolah: SMPIT Ar-RahmahIG: @jacintaarkanaa

  • Bagikan